A. Pendahuluan
Perilaku individu tidak berdiri sendiri,selalu ada hal
yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Para ahli
sering menjelaskan perilaku individu ini dengan tiga pertanyaan pokok yaitu :
Apa (What), Bagaimana (How), dan Mengapa
(Why).
Apa yang ingin
dicapai atau tujuan individu mungkin sama,tetapi bagaimana mencapai dan mengapa
individu ingin mencapainya mungkin berbeda. Sebagai salah satu komponen
pembelajaran yang terpenting, motivasi juga merupakan salah satu yang paling
sulit untuk diukur.
B. Pembahasan
1.
Pengertian
Motivasi
Motivasi didefinisikan sebagai keadaan internal yang Smembangkitkan,
mengarahkan, dan mempertahankan perilaku.
Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang yang
merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar
atau alasan seseorang berperilaku.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald
ini mengandung tiga elemen/ ciri pokok dalam motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy, ditandai dengan
adanya feeling dan dirangsang karena
adanya tujuan.
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk
dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan, pengalaman. Motivasi
mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Peserta didik
bersungguh – sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan
dalam jabatan, menjadi politikus, dan memecahkan masalah. Dalam kegiatan
belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukanaktivitas belajar. Motivasi
tumbuh didorong oleh kebutuhan ( need ) seseorang.
Menurut Anita woolfolk,
motivasi terbagi atas dua yaitu:
a.
Motivasi
Intrinsik
Kecenderungan
alamiah untuk mencari dan menaklukkan tantangan ketika kita mengejar
kepentingan pribadi dan menerapkan kapabilitas
(Deci & Ryan, 1985; Reeve, 1996). Bila kita termotivasi secara
intrinsic, kita tidak membutuhkan
insentif atau hukuman, karena kegiatan itu sendiri rewarding.
b.
Motivasi
Ekstrinsik
Melakukan suatu
kegiatan karena maksud tertentu; untuk mendapatkan nilai, menghindari hukuman,
membuat guru senang, atau alasan lain yang hanya sedikit sekali hubunganya
tugas itu sendiri. Kita tidak benar-benar tertarik dengan kegiatanya karena
kegiatan itu sendiri; kita hanya peduli dengan apa yang akan kita dapatkan.
2.
Fungsi
Motivasi Dalam Pembelajaran
Motivasi memiliki dua
fungsi, yaitu pertama mengarahkan atau directional
function, dan kedua mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan atau activating and
energizing function. Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan
atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai.
Motivasi juga dapat berfungsi mengaktifkan atau meningkatkan
kegiatan. Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya
sangat lemah,akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan
kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasinya
besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh,terarah, dan penuh
semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.
3.
Teori Motivasi dan Penerapannya Dalam Pembelajaran
Teori tentang motivasi, antara lain :
a.
Teori
Kebutuhan
Abraham H. Moslow mengembangkan gagasan ini lebih lanjut dan dikenal
dengan sebutan hierarki kebutuhan. Kebutuhan akan udara, air, makanan dan seks,
dia menepatkan lima lapisan kebutuhan yang lebih lugas: kebutuhan fisiologi,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta dan rindu, kebutuhan harga diri dan
kebutuhan untuk aktualisasi diri.
b.
Teori
Berprestasi
McClelland mengemukakan teori motivasi yang berhubungan erat dengan
konsep belajar. Ia berpendapat banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan
yaitu: Kebutuhan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need
for affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (need for fower).
c.
Teori
Alderfer (ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam teori
Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu: E = Existence
(kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan
dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Apabila teori Alderfer disimak lebih
lanjut akan tampak bahwa:
1)
Makin
tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk
memuaskanya;
2)
Kuatnya
keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila
kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
3)
Sebaliknya,
semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar
keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih dasar.
d.
Teori
Dua Faktor
Ilmuan ketiga
yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkanya
dikenal dengan “model dua factor” dari motivasi yaitu factor motivasional dan
factor hygiene atau “pemeliharaan”.
e.
Teori
Penerapan Tujuan (goal setting theory)
Edwin locke mengemukakan bahwa dalam penetapan
tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni: (a ) tujuan-tujuan
mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan
meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan
rencana-rencana kegiatan.
f.
Teori
Keadilan
Teori ini
terletak dalam pandangan bahwa manusia terdorong untuk
menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi
dengan imbalan yang diterima. Artinya,
apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak
memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu:
· Seorang
berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
· Mengurangi
intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
g.
Teori Harapan (Teori Victor H. Vroom)
Teori harapan (expectancy) memiliki
tiga asumsi pokok:
1. Setiap
orang percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu ia akan memperoleh hal tertentu.
Ini disebut sebuah
harapan hasil (out come expectancy).
2. Setiap
hasil mempunyai nilai dan daya tarik, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut dengan valiancy (valence)
3.
Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai
beberapa sulit mencapai hasil tersebut.
h.
Teori Penguatan
dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas
dimuka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada
kebutuhan seseorang bardasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti
sifatnya sangat subyektif. Perilakunya
pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
i.
Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Bertitik tolak
dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan system
motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model
tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan
para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang
mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu.
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh
berbagai factor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada factor internal adalah:
1)
persepsi seseorang mengenai diri sendiri;
2)
harga diri;
3)
harapan pribadi;
4)
kebutuhan;
5)
keinginan;
6)
kepuasan kerja;
7)
prestasi kerja dihasilkan
Sedangkan factor eksternal mempengaruhi motivasi
seseorang, antara lain ialah;
1)
jenis dan sifat pekerjaan;
2)
kelompok kerja dimana seseorang bergabung;
3)
Organisasi tempat bekerja;
4)
situasi lingkungan pada umunya;
5)
Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
4. Penerapan Teori Motivasi dalam pembelajaran Model ARCS
Wena (2009)
menyebutkan pada dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan ke dalam tiga
jenis, yaitu (1) strategi pengorganisasian (organization strategy) (2) strategi
penyampaian (delivery strategy) (3) strategi pengelolaan (management strategy).
Strategi
pengorganisasian (organization strategy), berkaitan dengan
kegiatan seperti pemilihan isi, penataan isi, dan sejenisnya; strategi
penyampaian (delivery strategy) berkaitan dengan cara penyampaian pembelajaran
ada siswa; sedangkan strategi pengelolaan akan berkaitan dengan penataan
interaksi antara siswa dan strategi pengorganisasian serta strategi
penyampaian.
Dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya dituntut
menguasai strategi pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja,
tetapi guru harus mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan
pembelajaran. Banyak strategi pengelolaan motivasi yang dapat digunakan oleh
guru, salah satunya adalah strategi pengelolaan motivasinal ARCS, yang memiliki
empat komponen yaitu Attention
(perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa),
Satisfaction(kepuasan siswa).
Strategi ARCS ini
dikembangkan oleh Keller (1987) yang merupakan strategi merancang
pembelajaran tentang cara menjaga, mengelola, meningkatkan motivasi untuk
mempengaruhi motivasi berprestasi dan peingkatan hasil belajar. Motivasi
dianggap sebagai suatu factor yang cukup penting yang mempengaruhi hasil
belajar. Motivasi sebagai intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan
dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk mengerjakan atau menghindari suatu
tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya, maka secara
operasional motivasi belajar ditentukan oleh indicator-indikator sebagai
berikut:
a.
tingkat perhatian siswa
b.
tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan siswa
c.
tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran, da
d.
tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan (Keller dalam Wena,2009:33)
Strategi ARCS
dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan yang mengandung dua
komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan
(expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu (Hermana, 2009: 56)
Dari dua komponen itu oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen yaitu perhatian (attention), relevansi (relevance), keyakinan (confidence), dan kepuasan siswa (satisfaction) dengan akronim ARCS. Strategi ini adalah strategi yang cukup menarik karena dikembangkan atas dasar teori belajar dan pengalaman nyata (Bohlin dalam Hermana, 2010:56). Dapat disimpulkan Strategi ARCS adalah suatu strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa melalui empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa), Satisfaction (kepuasan siswa) yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa.
Dari dua komponen itu oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen yaitu perhatian (attention), relevansi (relevance), keyakinan (confidence), dan kepuasan siswa (satisfaction) dengan akronim ARCS. Strategi ini adalah strategi yang cukup menarik karena dikembangkan atas dasar teori belajar dan pengalaman nyata (Bohlin dalam Hermana, 2010:56). Dapat disimpulkan Strategi ARCS adalah suatu strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa melalui empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa), Satisfaction (kepuasan siswa) yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa.
No comments:
Post a Comment