Saturday, August 23, 2014

HUKUM OHM DAN KIRCHOF

HUKUM OHM
Arus listrik dalam kaitannya dengan hambatan yang terjadi dalam proses 
elektrokimia mengacu pada hukum ohm yang mengataka hubungan antara tegangan. Tegangan arus dan hambatan listrik diperlihatkan dalam persamaan berikut :

V = I . R
Keterangan :

V = tegangan (volt)
I = arus (ampere)
R = hambatan (ohm)
 


Hukum ohm semulanya terdiri atas dua bagian-bagian pertama tidaklain ohm. Akan
tetapi, ohm juga mengatakan bahwa R adalah suatu konstanta yang tidak tergantung pada V maupun I. Bagian kedua hukum ini tidak seluruhnya benar (Geushe, 1998).

Hukum ohm hanya benar untuk bahan-bahan tertentu, terutama logam, meskipun 
demikian, hukum ini sangat penting karena berlaku untuk bahan-bahan yang biasa digunakan untuk elektrik (Cromer, 1994).

Pengertian Hukum Ohm
Jika arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut sebanding 
lurus dengan tegangan listrik yang terdapat antara kedua penghantar tadi (Tilloy, 1980).

Perlawanan adalah volt peramper hambatan konduktor adalah 1 ohm jika potensa 
berbeda disamping terminal di dalam konduktor adalah volt ketika arus di konduktor 1 ampere (Richards, 1987).

Menurut Alfian, (2010)Di dalam logam pada keadaan susu tetap, rapat arus I 
berbanding lurus dengan medan listrik. Hubungan dengan tegangan arus dan hambatan disebut “hukum ohm” ditentukan oleh George Simon Ohm dipublikasikan pada sebuah pajios pada tahun 1827. Prinsip ohm adalah besarnya arus listrik yang mengalir pada sebuah penghantar motal pada rangkaian rumus 
V = I.R, di mana:

V = teganagan listrik yang mengalir pada suatu penghantar (volt)
I = arus listrikyang mengalir pada suatu penghantar (ampere)
R = hambatan listik yang terdapat pada suatu penghantar (ohm).

Melalui percobaan diketahui bahwa di dalam logam pada suatu suhu tetap rapat arus J berbanding lurus dengan madan listrik (hukum ohm). J = ge tegangan G disebut 
hambatan, kebalikan dari kehantaran disebut hambatan n=1/9 satuan n dalam sistem adalah volt perampere 1 ohm = 1 volt/1 ampere satuan kehantaran G = Ī©-1 (Reitz, 1993).

Hukum Kirchoft
Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kirchoft (1824-1887) menemukancara untuk 
menentukan arus listrik pada rangkain bercabang yang kemudian dikenal dengan hukum kirchoft (alfian, 2010).

Hukum Kirchoft I
Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat 
arus yang keluar dari titik percabangan (Alfian, 2010). Tidak semua rangkaian dapat disederhanakan dengan menggunakan rangkaian majemuk yang berhubungan dengan hukum kirchoft I dan II rumusnya I masuk = keluar (Erviyati, 2010).

Hukum Kirchoft II
Dalam rangkaian tertutup dalam jumlah aljabar GGL (E) dan jumlah penurunan 
potensial sam dengan nol, maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak adanya listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut, dalam arti semua energi digunakan atau diserap (Alifian, 2010).

Hukum kirchoft II tentang tegangan yang menyatakan jumlah perubahan tegangan yang mengelilingi suatu rangkain loo sama dengan nol (Duncan, 1980).

Rangkaian Seri
Pada rangakaian seri mengandung pengertian yakni rangkaian dimana hambatan seri 
sama dengan jumlah hambatan aljabar hambatan masing-masing. Ciri utama hambatan seri adalah arus yang menalir melewati tiap-tiap hambatan yang sama besarnya.

Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel kebalikan dari rangkaian seri. Hambatan paralel sama dengan jumlah 
kebalikan hambatan masing-masing utama susunan hambatan partikel bereda. Tegangan tiap-tiap hambatan sama besarnya (Alfian, 2010).

Hubungan paralel dimana hubungan beberapa resistor yang tersusun secara paralel. 
Tegangan yang dimiliki masing-masing resistor adalah sama. Tegangan resistornya,

sebagai rumus:

"1/Rs = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3. . . . . . . . . 1/Rn"

No comments: