Hakikat Penelitian Kuantitatif
Apa sebenarnya penelitian kuantitatif? Mengapa kita
menyebutnya "penelitian kuantitatif"? Ternyata, dalam konteks ilmu sosial, ini
sangat sulit menjawabnya. Dalam konteks ilmu alam (eksakta) kata kuantitatif
jelas sekali berhubungan dengan angka (kuantita), baik hasil pengukurannya,
analisis datanya, maupun penafsiran dan penarikan kesimpulannya, semuanya dalam
bentuk angka.
Tetapi dalam ilmu sosial, banyak sekali hasil pengukuran
terhadap variabel penelitian sangat bersifat kualitatif dan arbitrer (meskipun
bentuk luarnya adalah angka). Misalnya, kita mengukur "disiplin pegawai", atau "motivasi
pegawai", atau "tingkat loyalitas pegawai" dengan menggunakan skala likert (skala
1 sampai 5, misalnya). Maka hasilnya adalah beberapa angka yang menunjukkan
kualitas variabel yang diukur itu. Dengan pengukuran yang sangat lemah seperti
ini, kita (terpaksa) rnenyebut pengukuran ini (bagian) dari penelitian
kuantitatif.
Tentu saja kita bisa mendapat:kan
data yang lebih "kuantitatif" tentang disiplin atau motivasi. Misalnya, kita
menghitung berapa hari seseorang masuk kantor tepat pukul 8:00 pagi, dan berapa
hari orang itu terlambat masuk kantor. Lalu kita mengambil kesimpulan
kuantitatif bahwa 62% pegawai, misalnya, memiliki disiplin bagus dan sisanya 28%
tidak memiliki disiplin. Biasanya, proses kuantifikasi dalam masalah seperti ini
harus berhenti begitu saja.
Begitu pun, masih jauh lebih banyak variabel ilmu sosial yang
tidak mungkin diukur secara kuantitatif seperti ini. Walhasil, kita sering "memaksakan
diri" untuk mengkuantitatifikasi pengukuran suatu variabel dengan cara yang
sangat lemah. Bahkan jika Anda teliti, angka 62% atau 28% itu tidak sepenuhnya
menggambarkan variabelnya, tetapi hanya indikatornya saja.
Kalau begitu, penelitian kuantitatif (dalam ilmu sosial)
harus ditafsirkan lain. Ternyata, apa yang dimaksud dengan "kuantitatif" di sini
sebenarnya lebih mengacu kepada "keakuratan" deskripsi setiap variabel dan
keakuratan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Inilah yang
disebut oleh Krathwohl (1982) sebagai internal validity atau Linking
Power. Maka jika seorang peneliti, misalnya, mampu menunjukkan hubungan
antara disiplin pegawai dan kinerja pegawai dengan amat meyakinkan dan tanpa
menggunakan satu angka pun, maka ia telah menerapkan penelitian kuantitatif.
Tetapi itu baru separuh jalan. Selanjutnya, bila peneliti
tersebut mampu menunjukkan bahwa hubungan disiplin-kinerja itu juga berlaku di
tempat lain, maka ia telah mencapai apa yang disebut External Validity
atau Generalizing Power. Dua karakter inilah yang akan menjadi karakter
terpenting yang membedakan antara penelitian kualitatif dan penelitian
kuantitatif. Jadi, ini bukan sekedar soal angka atau non angka.
Kesimpulannya, penelitian kuantitatif sebenarnya tidak hanya
berurusan dengan "kuantita". Paling tidak dalam ilmu sosial, kata "kuantitatif"
ditafsirkan secara bebas sebagai "keakuratan" deskripsi suatu variabel dan
keakuratan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, serta memiliki
daerah aplikasi (generalisasi) yang luas.
Tetapi, bagaimana dengan penelitian deskriptif (yang juga
kuantitatif), yang hanya melibatkan satu variabel (univariat), atau banyak
variabel tetapi tidak saling berhubungan satu-sama lain (misalnya hubungan
korelasional, atau kausal)?
Jawabannya, ini juga sah disebut sebagai penelitian
kuantitatif. Tetapi penelitian deskriptif seperti ini tetap terbatas pada
kemampuannya untuk menjelaskan realitas seperti apa adanya saja. Paling jauh
penelitian deskriptif hanya menjelaskan hubungan korelasional, bukan hubungan
kausal.
Jika begitu, maka yang dimaksud "internal validity" di
dalam penelitian deskriptif-kuantitatif (non-kausal) tidak mengacu pada hubungan
satu variabel dan lain variabel. �internal validity" dalam hal ini hanya
menunjuk pada validitas "instrumen" untuk mengumpulkan data. Jika instrumen
telah valid (dan reliabel), maka data diharapkan juga valid dan reliabel. Jika
proses analisis dan penyimpulan juga valid maka penelitian deskriptif ini telah
dianggap valid.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif.
Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Sebagai contoh: 240 orang, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih percaya pada diri mereka pribadi masa depan mereka dari setahun yang lalu hingga hari ini. Menurut ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari penemuan dapat diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih. pengambilan data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian kuantitatif.
Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan menggunakan rumusan untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang diperlukan dari suatu populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat diterima. pada umumnya, para peneliti mencari ukuran sampel yang akan menghasilkan temuan dengan minimal 95% tingkat keyakinan (yang berarti bahwa jika Anda survei diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda akan mendapatkan respon yang sama) dan plus / minus 5 persentase poin margin dari kesalahan. Banyak survei sampel dirancang untuk menghasilkan margin yang lebih kecil dari kesalahan.
Beberapa survei dengan melalui pertanyaan tertulis dan tes, kriteria yang sesuai untuk memilih metode dan teknologi untuk mengumpulkan informasi dari berbagai macam responden survei, survei dan administrasi statistik analisis dan pelaporan semua layanan yang diberikan oleh pengantar komunikasi. Namun, oleh karena sifat teknisnya metode pilihan pada survei atau penelitian oleh karena sifat teknis, maka topik yang lain tidak tercakup dalam cakupan ini.
No comments:
Post a Comment